BREAKING NEWS

Sejarah Perkembangan Ilmu Nahwu

 


            Jika mukjizatnya orang Yunani adalah filsafat, maka mukjizatnya orang Arab adalah bahasa Arab, begitu kata al-Jabiri dalam bukunya yang fenomenal Takwi n al-'Aql al-Arabi. Awal mula perkembangan nahwu berasal dari Basrah, hingga meluas ke Kufah, Bagdad, Andalusia, dan Mesir. Dari kelima mazhab ini, mazhab Bashrah dan Kufah yang paling berpengaruh dalam sejarah perkembangan ilmu nahwu.

Aliran Basrah dan Kufah merupakan dua aliran yang paling berpengaruh, karena keduanya mempunyai otoritas dan independensi yang tinggi, kedua aliran tersebut juga mempunyai pendukung yang banyak dan fanatik, sehingga mampu mewarnai aliran-aliran berikutnya. Adapun tiga aliran yang lain disebutnya sebagai aliran turunan yang berinduk pada salah satu aliran utama atau merupakan hasil paduan antara keduanya.

1. Mazhab Basrah

Basra atau al-Basrah (البصرة ) adalah kota terbesar kedua di Irak, terletak sekitar 545 km dari Bagdad. Awal berdirinya Basrah dimulai pada abad 16. Pertumbuhan ilmu nahwu secara pesat di Basrah, terdapat empat faktor, diantaranya:

(1) Letak geografis yang strategis dan berada di pinggir pedalaman, seringkali dijadikan tujuan para ilmuwan melakukan perjalanan, seperti: Khalil bin Ahmad, Yunus bin Habib, Nadarbin Syamil, dan Abu Zaid al-Ansari. Adakalanya mereka bertemu penduduk asli atau membawa orang badui ke kota.

(2) Stabilitas masyarakat, di Basrah tidak ada konflik politik, pergeseran antar mazhab, dan kerusuhan antar kelompok sosial.

(3) Pasar Mirbad, dulunya pasar mirbad terbatas untuk perdagangan unta. Namun, seiring berjalannya waktu, pasar tersebut digunakan untuk ajang orasi puisi. Penamaan Mirbad karena unta tersebut ditinggalkan. Oleh karena itu tempat untuk menambatkan unta disebut Mirbad. Pasar ini dapat menyaingi para penyair di Ukaz.

(4) Masjid Basrah, digunakan untuk pengajian ilmiah, seperti kajian tafsir, ilmu kalam, dan bahasa.

Mazhab Basrah adalah mazhab yang dianggap tertua dalam aliran-aliran nahwu yang ada. Hal ini karena embrio ‘Ilmu Nahwu’, kelahiran hingga pertumbuhannya bermula dari kota tersebut. Berbagai teori dan prinsip-prinsip ilmu tersebut juga digagas dan muncul dari sana. Para tokoh terkemuka perintis awal seperti Abu alAswad al-Du’ali hingga tokoh terkemuka cabang pengetahuan ini semisal Khalil bin Ahmad al-Farahidi, Sibawaih dan lainnya juga tinggal di kota tersebut.

2. Mazhab Kufah

Kufah (الكوفة (merupakan sebuah kota di Iraq. Terletak 10 km di timur laut Najaf dan 170 km di selatan Bagdad. Mazhab nahwu Kufah baru muncul sekitar 100 tahun. Hal ini disebabkan ulama Kufah lebih konsen pada ilmu keislaman, seperti fikih, hadis, qira'at dibanding ulama Basrah yang serius mendalami ilmu nahwu. Mazhab Kufah lebih unggul dari mazhab Basrah dalam bidang pen-syairan. Selain itu, metode yang dipakai oleh mazhab Kufah adalah studi lapangan. Artinya para ulama nahwu Kufah memperhatikan kalam Arab yang sehari-hari mereka gunakan, kemudian mereka menggunakan gaya bahasa/ uslub yang mayoritas masyarakat Arab dipakai. Hal ini berbeda dengan mazhab Basrah yang lebih ketat, mereka lebih menggunakan akal, menggunakan mantiq serta sumber-sumber filsafat.

Sedangkan Abd al-‘Al Salim Mukrim menyimpulkan ciri khas nahwu yang diusung mazhab Kufah sebagai berikut22: (a) Menjadikan berbagai dialek Arab yang bertahan di daerah pedalaman sebagai rujukan tau dalil konsep bahasa. (b) Menjadikan kasus berbahasa yang meskipun kurang populer (jarang terjadi) sebagai qiyas atau rujukan dan alasan konsep mereka. (c) Menjadikan puisi baik puisi pada zaman pra Islam (Jahiliyah) maupun puisi pada masa Islam sebagai rujukan konsep bahasamereka meskipun mereka hanya menemukan sebuah bait puisi saja. (d) Merujuk pada berbagai macam atau ragam bacaan (al-Qira ’a t) yang telah ada. (e) Merujuk pada ayat-ayat al-Qur’an dalam porsi yang lebih besar daripada mazhab Basrah.

3. Mazhab Bagdad

Selain dua kota Basrah dan Kufah yang menjadi pusat kebudayaan dan intelektual Irak, saat itu muncul sebuah kota baru yang menjadi pesaing pusat intelektual dua kota yang telah berdiri lebih dahulu, yaitu kota Bagdad. Kota Bagdad ini didirikan dan dibangun oleh al-Manshur Billah Abu Ja’far Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthallib atau yang lebih dikenal dengan nama Abu Ja’far al-Manshur, khalifah kedua dinasti Abbasiyyah. Namun sebenarnya rencana pendirian kota teresebut telah dicanangkan oleh saudaranya Abul Abbas al-Saffah, dan pembangunannya dimulai pada tahun 125 hijriah dan mulai ditempati pada tahun 129 H.

Imigrasi para intelektual ke Bagdad ini dimulai oleh para intelektual Kufah yang memang jarak antara kedua kota tersebut relatif lebih dekat dari pada jarak antara Basrah dengan Bagdad. Mereka yang berimigrasi ke Bagdad ini oleh para penguasa diberi posisi terhormat dan sangat dihargai yang pada akhirnya bukan saja penghormatan tinggi ini dirasakan oleh para intelektualnya, tetapi sekaligus juga mengangkat citra dan pamor mazhab Kufah yang selama ini kalah citranya dengan mazhab Basrah.

Menyaksikan realitas ini, maka para intelektual Basrah pun banyak yang berminat meninggalkan kotanya untuk mencari posisi dan penghormatan seperti yang telah diraih oleh rival mereka dari Kufah. Hal ini tentu semakin meramaikan kota Bagdad, khususnya di aspek keintelektualan. Pada mulanya para intelektual imigran dari dua kota yang telah lama bersaing itu, membawa bendera dan segala keciri khasan masing–masing kota asalnya dan tetap mengembangkan persaingan yang telah lama ada sebelum akhirnya sama-sama menyadari perlunya mengakhiri persaingan tersebut di kota baru mereka.

4. Mazhab Andalusia

Ketika Islam masuk di Andalusia terlebih dahulu masyarakatnya belajar dan mengajarkan bahasa Arab. Aktivitas ilmiah baru terasa ketika bergantinya daulah Umayah di Andalusia (sekarang Spayol) diprakarsai oleh Abdurrahman al-Da khil pada tahun 138 H. Orang-orang Andalusia melakukan perjalanan ke Timur untuk mencari ilmu.

Nahwu yang berkembang di Andalusia semula adalah mazhab Kufah dan baru di penghujung abad ke tiga hijriah mazhab Basrah banyak mendapat perhatian, menyusul kemudian nahwu mazhab Bagdad juga mendapatkan pengaruhnya di sana. Namun demikian, oleh karena di Andalusia pada saat yang bersamaan juga sedang berkembang pengetahuan spekulatif (filsafat, manthiq dan kalam), maka nahwu mazhab Basrah yang memiliki karakter rasional lebih diminati dan lebih berkembang dibanding nahwu model mazhab Kufah. Bahkan nahwu yang berkembang di Andalusia yang kemudian menjadi mazhab sendiri ini memiliki karakter yang lebih rasional daripada nahwu mazhab Basrah. Prinsip-prinsip analogi, ta’lil dan lainya yang menjadi karakter nahwu Basrah dikembangkan sedemikian rupa oleh para ahli nahwu Andalusia. Sekedar contoh saja, apabila nahwu Basrah telah melahirkan teori nahwu tentang hukum atau ketentuan-ketentuan tertentu pada sebuah jabatan kalimat, maka nahwu Andalusia akan memperlus ketentuan tersebut. Misalnya dalam kasus “mubtada’ ”, nahwu Basrah telah merumuskan teori dan ketentuan bahwa hukum mubtada’ adalah harus dibaca rafa’, maka nahwu Andalusia akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan lanjutan mengapa ia harus dibaca rafa’, kenapa tidak dibaca nasab saja, apa alasannya, kemudian mereka memberinya alasan-alasan (ta’lîlat) yang panjang lebar. Pertanyaan-pertanyaan lanjutan “kenapa, mengapa” semacam itu dalam tradisi nahwu klasik dengan sebutan “al-Illah al-Tsa niyyah” atau alasan kedua. Diantara para pengkritik terkemuka adalah Ibnu Madha’ al-Qurthubi yang menulis buku “Kita b al- Radd ‘Ala al-Nuhat” (sanggahan atau penolakan atas para ahli nahwu). Buku tersebut menyoroti dan mengkritik berbagai prinsip nahwu, terutama “amil” yang dianggap tidak berperan apa-apa selain membuat rumit nahwu.

5. Mazhab Mesir

Al-Wallad bin Muhammad al-Tamîmî al-Basari terkenal dengan sebutan "alWalla d". Ia adalah ulama yang pertama kali mengajarkan nahwu di Mesir, sebelumnya ia melakukan perjalanan ke Irak, dan belajar kepada al-Khalil bin Ahmad. Selanjutnya muncul Abu Hasan al-A'az, ia adalah murid dari al-Kisai , lalu ia bergabung untuk mengajarkan ilmu-ilmu nahwu di Mesir. Dengan begitu, di Mesir terjadi penggabungan antara dua keilmuan mazhab besar, yaitu mazhab Basrah dan Kufah.

 

*Sumber 

- gambar : https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.kangdidik.com%2F2021%2F08%2Fkisah-imam-sibawaih-berdebat-dengan.html&psig=AOvVaw3vRIfmpFrI6AUSnGKH3gsl&ust=1640008775594000&source=images&cd=vfe&ved=0CAsQjRxqFwoTCIicnYCD8PQCFQAAAAAdAAAAABAK 

SEJARAH PERKEMBANGAN MAZHAB NAHWU ARAB (SEBUAH TINJAUAN HISTORIS) Oleh: Ihsanudin Interdisciplinary Islamic Studies Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

 

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 ROHMAN Pedia. Designed by OddThemes | Distributed By Fathur rohman-063